AMBON,POJOKMALUKU.COM – Di ruang kerjanya yang tenang di Sekretariat DPRD Provinsi Maluku, Farhatun Rabiah Samal,S.Sos,.M.Si, yang sering sapaan akrabnya Farah tampak lebih sering mendengarkan ketimbang berbicara. Ia tidak suka menonjolkan diri, tetapi keputusannya selalu meninggalkan jejak. Sosok yang tenang dan hemat kata ini justru dikenal dengan kemampuannya mengeksekusi kepentingan urusan anggota DPRD serta menjaga komunikasi dengan eksekutif dengan cara yang luar biasa.
Karakter itu bukan hadir begitu saja. Sejak kecil, orang tuanya menanamkan nilai kerja keras, kesederhanaan, dan tanggung jawab. Nilai-nilai itulah yang mengakar kuat, membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih memilih fokus pada hasil ketimbang banyak bicara. Bagi Farah jabatan hanyalah amanah bukan hak istimewa. Amanah itu harus dijalankan dengan penuh integritas.
Kini, jabatan sebagai PLT Sekretaris DPRD, Farah berada di titik penting dalam kariernya. Wanita kelahiran 1 September 1975 di kota Ambon itu dituntut menjaga keseimbangan, mengelola dinamika politik DPRD, membangun komunikasi harmonis dengan eksekutif, sekaligus menjawab tuntutan transparansi publik.
Tugas yang tidak ringan, apalagi di tengah sorotan masyarakat yang semakin kritis terhadap kinerja lembaga legislatif.
Sebagai seorang perempuan birokrat, Farah melihat posisinya dari sudut pandang berbeda. Baginya, perempuan justru memiliki modal kuat, kesabaran, kepekaan, dan kemampuan merangkul.
Namun, kelembutan itu tidak berarti kehilangan ketegasan. Perempuan bisa menjadi jembatan, bukan hanya karena komunikasi, tapi juga naluri untuk menyatukan. Itu keyakinannya.
Perjalanan panjangnya ditempa dari balik layar. Beberapa tahun lalu, ia masih menduduki kursi Kepala Bagian Fasilitasi Anggaran dan Pengawasan Sekretariat DPRD Maluku. Pekerjaan itu menuntut ketelitian ekstrem, mengawal dokumen anggaran, mencermati laporan pengawasan, dan memastikan setiap detail berjalan sesuai prosedur. Tidak banyak yang melihat perannya saat itu, tetapi justru di sanalah ia belajar memahami denyut DPRD, respon eksekutif, hingga ekspektasi publik.
Kepercayaan pimpinan pun datang. Lulusan Magister universitas Pattimura Jurusan ilmu Ekonomi itu, ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Sekwan. Dari sinilah nama Farah mulai banyak dikenal. Bukan hanya karena ketekunannya, tetapi juga karena keberaniannya menghadirkan sebuah terobosan yakni, Media Informasi Terpadu (MERINDU).

Inovasi MERINDU hadir bukan sekadar proyek administratif, melainkan sebuah jawaban atas kebutuhan zaman. Ia ingin DPRD lebih terbuka, transparan, dan mudah diakses publik. Inovasi itu kemudian dipatenkan lewat SK Sekretaris DPRD Provinsi Maluku Nomor 184.40/VIII/SET-DPRD tertanggal 8 Agustus 2022, menandai langkah resmi perubahan birokrasi.
Baginya MERINDU adalah bentuk kepedulian, bukan catatan prestasi pribadi. Ia ingin DPRD hadir lebih dekat dengan masyarakat. Publik harus bisa percaya, karena transparansi adalah kunci. Kini, ketika namanya kian dikenal sebagai pejabat perempuan yang membawa perubahan, ia tetap memilih bersikap rendah hati. Ia lebih nyaman menempatkan dirinya sebagai pelayan lembaga dan masyarakat. Dari kesederhanaan keluarganya, dari kesabarannya menempuh jalan panjang di birokrasi, lahirlah pemimpin perempuan yang bekerja tenang namun berdampak besar bagi DPRD Maluku.
Pandangan publik pun muncul. Sejumlah anggota DPRD menilai, Farah adalah figur yang paham betul cara menyeimbangkan kepentingan legislatif dan eksekutif. Mereka menilai ia tidak banyak bicara, tapi tahu kapan harus bertindak. Itu membuat hubungan DPRD dengan pemerintah provinsi berjalan lebih harmonis.
Pujian datang lagi dari Seorang staf sekretariat yang menyebut inovasi dan kinerjanya sebagai bukti nyata kepeduliannya. Mungkin, ia ingin semua proses di DPRD bisa diakses publik. Itu langkah besar, karena mungkin selama ini publik menilai informasi sering tertutup.
Bahkan seorang pimpinan DPRD menilai,sosok seperti Farah membawa warna tersendiri di lembaga DPRD Maluku. Ia inovatif, sabar, tapi juga tegas. Jarang ada pejabat yang bisa memadukan itu. Dan yang paling penting, beliau paham benar posisinya untuk menjadi penghubung, bukan penghalang.
Baginya, pujian itu bukan tujuan. Inovasi bukan untuk prestasi pribadi. Ia hanya ingin DPRD lebih dekat dengan masyarakat. Publik harus percaya, karena transparansi adalah kunci.
Dari kesederhanaan keluarga, dari kerja senyap di balik layar, hingga lahirnya inovasi besar, Farhatun Rabiah Samal membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan bisa menghadirkan perubahan. Tenang, inovatif, dan memahami betul bagaimana membangun jembatan antara legislatif, eksekutif, dan masyarakat.(RED)

Discussion about this post