MASOHI,POJOKMALUKU.COM – Anggota DPR RI Komisi X Fraksi PDI Perjuangan dari daerah pemilihan Maluku, Mercy Barends, menggelar kegiatan Semarak Budaya di Kecamatan Teon Nila Serua (TNS) dalam rangka masa resesnya. Program ini menjadi upaya untuk menggali, menghidupkan kembali, sekaligus memperkuat nilai-nilai budaya lokal yang mulai terkikis oleh arus globalisasi.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber dan melibatkan peserta dari kepala pemerintahan Negeri dan ketua Saniri se-kecamatan TNS.
“Ini Periode ke tiga dan tahun pertama saya kembali di Komisi X DPR RI. Komisi ini membidangi pendidikan, kebudayaan, dan sektor-sektor lainnya. Karena itu, saya memilih untuk memulai reses dengan menggali sektor kebudayaan, sebab Maluku memiliki warisan nilai dan identitas yang sangat hakiki,” kata Mercy Barens dalam sambutannya.
ia juga menyinggung realitas konflik sosial yang masih kerap muncul di beberapa wilayah Maluku. “Kadang hanya karena soal batas tanah satu meter, orang bisa baku parang, baku bunuh, bahkan rumah terbakar. Ini sangat ironis. Padahal kita punya budaya hidup orang basudara yang diwariskan leluhur. Itu seharusnya menjadi akar persatuan, bukan sebaliknya,” tegasnya.

Selain itu juga, ia menyoroti tantangan besar akibat derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi. “Hari ini, banyak anak-anak muda sudah tidak tahu bahasa daerah, tidak paham adat. Kalau generasi tua berpulang, siapa yang akan meneruskan? Inilah yang saya maksud sebagai distorsi nilai budaya. Kita harus hentikan itu,” jelasnya.
Lebih jauh, ia mengatakan bahwa adat dan agama tidak bisa dipisahkan. “Budaya adalah pintu kultural kita, dan agama adalah pintu spiritualitas kita. Kalau budaya rusak, pintu spiritual pun ikut rapuh. Padahal Tuhan mengajarkan kita untuk mengasihi sesama. Nah, budaya menyediakan sistem yang membuat kasih itu nyata dalam kehidupan sehari-hari,” sentilnya.
Untuk itu ia mengajak seluruh masyarakat TNS untuk menjadikan semarak budaya ini sebagai ruang refleksi bersama. “Budaya bukan hanya simbol, tetapi identitas yang harus kita wariskan 50, 100, bahkan 200 tahun ke depan. Generasi Maluku harus menjadi generasi yang berdaya saing, inovatif, tapi tetap berakar kuat pada adat dan agama. Itulah kekuatan kita,” pungkasnya.(PM-07)

Discussion about this post