JAKARTA,POJOKMALUKU.COM – Konsolidasi Hanura Maluku menuju kepemimpinan baru tidak berjalan mulus. Pasca-Musda IV Hanura Maluku pada 30 Agustus 2025, sembilan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) sempat berada di garis berlawanan dengan nama Barnabas N. Orno.
Kala itu, dinamika internal mencuat tajam. Beberapa DPC menilai proses Musda belum sepenuhnya mencerminkan aspirasi, sehingga resistensi terhadap Barnabas muncul. Dukungan pun sempat mengerucut ke figur lain, termasuk Erick Angky, yang tampil sebagai penantang kuat.
Situasi kian panas. Berbagai ancaman kepemimpinan membayangi DPD Hanura Maluku. Sinyal perpecahan bahkan sempat terbaca ke publik, menimbulkan spekulasi soal masa depan partai di daerah.
Namun, babak baru dimulai ketika Ketua Umum Hanura, Oesman Sapta Odang (OSO), memanggil seluruh jajaran DPC ke Kantor DPP Hanura di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (15/9/2025). Dengan bahasa lugas, OSO menekankan pentingnya persatuan, disiplin organisasi, dan kepemimpinan tunggal demi masa depan Hanura Maluku.
Di titik itulah, arus politik berubah. Erick Angky, yang semula berada di barisan penolak, tampil dengan pernyataan mengejutkan: menerima dan mendukung penuh kepemimpinan Barnabas Orno.

“Hari ini saya bersama sembilan DPC mendengarkan langsung wejangan Ketum. Dari sana, kami sepakat bulat memberikan dukungan kepada Pak Abas Orno,” kata Erick di hadapan jajaran DPP dan seluruh peserta rapat konsolidasi.
Senada dengan itu, Ketua DPC Kepulauan Tanimbar (KKT), Hendrik Huserin, mengatakan seluruh DPC kini bergerak satu suara.
“Arahan Bapak Ketum sudah sangat jelas. Kami menyatu dengan Pak Abas. Tidak ada lagi perbedaan pandangan. Semua bergerak satu komando,” ujarnya.
Hendrik juga menyoroti perhatian khusus OSO terhadap Maluku. Jika provinsi lain hanya diberi tenggat empat hingga enam bulan untuk konsolidasi, Hanura Maluku justru mendapat waktu hingga sepuluh bulan.
“Itu bukti perhatian Bapak Ketum kepada Maluku. Beliau sudah lama menjadi bapak bagi perjuangan kami,” tambahnya.
Keputusan kolektif sembilan DPC ini mengakhiri polemik yang semula mengancam perpecahan internal. Dari posisi menolak, kini seluruh DPC justru menjadi benteng utama di belakang Barnabas Orno.
Bagi Barnabas, dukungan penuh ini bukan hanya legitimasi politik, melainkan simbol rekonsiliasi dan soliditas Hanura Maluku. Polemik yang awalnya memecah kini berubah menjadi modal persatuan, menandai era baru Hanura di Bumi Raja-Raja.(PM-RED)

Discussion about this post